Beranda | Artikel
Seharusnya Kita Gak Tega Nyebut Natl
Jumat, 25 Desember 2015

Seharusnya Kita Gak Tega Nyebut ‘Nat*l’

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ – بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ – كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

“Ada tiga sifat, barangsiapa yang memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman (kesempurnaan iman): [1] menjadikan Allah dan rasul-Nya lebih dicintai daripada (siapapun) selain keduanya, [2] mencintai orang lain semata-mata karena Allah, dan [3] merasa benci (enggan) untuk kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah sebagaimana enggan untuk dilemparkan ke dalam api”. (HR. Bukhari 16 & Muslim 43)

Hadits agung yang menjadi salah satu landasan utama dalam Islam. Menjelaskan keutamaan besar bagi orang yang memiliki sifat-sifat ini, karena dia akan merasakan manisnya iman.

Apa itu Manisnya Iman?

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

حلاوة الإيمان استلذاذ الطاعات وتحمل المشاق في الدين وإيثار ذلك على أعراض الدنيا

“Manisnya iman” adalah merasakan kenikmatan ketika melaksanakan ketaatan, sabar menghadapi segala kesulitan dalam agama dan lebih mengutamakan semua itu di atas semua perhiasan dunia. (Fathul Bari, 1/61 dan Syarh Shahih Muslim, 2/13).

Cara Mendapatkan Manisnya Iman

Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan 3 karakter yang perlu diperjuangkan, untuk bisa merasakan lezatnya iman,

Pertama, lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada segalanya.

Cinta kepada Allah lebih dari segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan ciri utama orang-orang yang sempurna imannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّه

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman sangat besar kecintaan mereka kepada Allah” (QS. al-Baqarah: 165).

Cara yang paling utama untuk bisa meraih kecintaaan kepada Allah adalah dengan ma’rifatullah (mengenal Allah Ta’ala) dengan benar, melalui pemahaman yang benar terhadap nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna

Imam Ibnul Qayyim mengatakan,

فمن عرف الله بأسمائه وصفاته وأفعاله أحبه لا محال

“Barangsiapa yang mengenal Allah dengan nama-nama-Nya yang indah, sifat-sifat-Nya yang sempurna dan perbuatan-perbuatan-Nya yang mulia maka dia pasti akan mencintai-Nya.” (Madaarijus saalikin, 3/17)

Kedua, mencintai orang lain karena Allah

Mencintai orang lain karena Allah adalah buah dari cinta kepada-Nya. Karena siapa yang mencintai Allah Ta’ala dengan benar maka dia akan mencintai segala sesuatu yang dicintai Allah, baik manusia, atau makhluk lainnya.

Sebagaimana dalam doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memanjatkan,

أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ

“(Ya Allah) aku memohon kepada-Mu kecintaan kepada-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai semua amal perbuatan yang mendekatkan diriku kepada kecintaan kepada-mu.” (HR Turmudzi 3235 dan dishahihkan Imam Bukhari).

Ketiga, membenci kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah sebagaimana enggan untuk dilemparkan ke dalam api

Sifat semacam ini Allah sematkan kepada para sahabat, yang dulunya pernah mengalami masa jahiliyah. Allah berikan taufiq kepada mereka untuk mencintai iman dan membenci kekufuran, dan semua perbuatan maksiat.

Kemudian karena kejujuran, ketekunan dan semangat mereka dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah, sehingga iman semakin indah dalam diri mereka.

Sebagaimana yang Allah firmankan,

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

“Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS. al-Hujuraat:7).

Dan konsekuensi ketika orang membenci segenap kekufuran, dia akan membenci semua atribut kekufuran. Jangankan dia mengucapkan selamat atas upacara kekufuran, melihat saja dia merasa sedih…

Anda yang ingin merasakan lezatnya iman, tidak akan tega sampai mengucapkan selamat N*tal.. dan akan menghindari semua atribut perayaan kekufuran…

Semoga bermanfaat…

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/26141-seharusnya-kita-gak-tega-nyebut-natl.html